Teuku Arpha

Laki-laki, 30 tahun

Aceh, Indonesia

Jangan terlalu bergantung pada orang-lain karna bayanganmu sendiri saja (dapat) meninggalkanmu saat kamu  ada di kegelapan.
: :
Start
Komunitas Website Aceh
Shutdown (pue mate)

Navbar3

komunitas web aceh

Kamis, 01 Agustus 2013

Antara Tilawah dan Tadarus

TIDAK terasa Ramadhan telah memasuki tahap sepuluh terakhir. Seperti sudah banyak dibahas oleh para penulis lain sebelumnya, bulan suci ini disebut juga bulan Alquran. Ini tidak lain karena di dalam bulan Ramadhan-lah awal diturunkan kitab suci Alquran, sebagai petunjuk dan sumber pengetahuan untuk manusia dalam menjalani kehidupan di muka bumi.

Malam-malam Ramadhan seperti yang sedang kita jalani tahun ini, nuansa Alquran terpancar merebak di berbagai sudut, dari kota hingga ke desa-desa, sehingga bulan ini terlihat begitu mulia dan istimewa. Nuansa Alquran dimaksud itu adalah lantunan-lantunan ayat suci Alquran yang terus menerus disuarakan di hampir semua masjid, mushalla, meunasah dan balai-balai pengajian.

Tempat-tempat tersebut biasanya menjadi ramai dan tidak pernah sunyi dari syiar-syiar Ramadhan. Nuansa Alquran ini terwujud karena ia merupakan pedoman pertama dan utama bagi umat manusia. Maka dari itu Islam menyeru umatnya untuk berlomba-lomba dalam membaca, mentadabbur, mengamalkan dan mengembangkan isi pengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu.

Perlu diketahui bahwa Alquran tidak hanya merupakan kumpulan hukum dan peraturan namun ia juga merupakan sumber ilmu dan sumber inspirasi untuk berbagai disiplin ilmu pengetahuan bahkan juga pada pengetahuan sains dan teknologi. Di dalamnya banyak mengandung konsep-konsep sains, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

 Praktik tadarus

Sudah menjadi tradisi masyarakat kita pada malam Ramadhan setelah melaksanakan ubudiah shalat Tarawih dilanjutkan dengan kegiatan tadarus Alquran, yang sudah mengakar dalam masyarakat. Tadarus biasanya dilaksanakan oleh jamaah yang terdiri dari berbagai kalangan, dari anak kecil sampai orang dewasa.
Praktik tersebut umumnya dilakukan dengan cara seorang jamaah membaca beberapa ayat Alquran, kemudian dilanjutkan oleh orang lain. Tanpa ada yang menyimak, apalagi meluruskan jikalau terjadi kesalahan. Bahkan, jika kita mau memperhatikan banyak ditemukan kesalahan-kesalahan bacaan yang biasanya terdengar lewat pengeras suara dari kejauhan.

Ironisnya masih banyak juga terlihat jamaah yang enggan menyimak dan cenderung acuh terhadap rekannya yang sedang membaca Alquran. Praktik tadarus dengan model semacam dinilai hanya memperhatikan aspek pengejaran jumlah ayat dan khatam bacaan Alquran saja, tanpa adanya upaya untuk mengkaji dan menelaah isi Alquran. Maka penamaanya lebih tepat adalah tilawah. Tilawah dimaksud adalah hanya sekedar membaca.

Tadarus berasal dari kata darasa-yadrus yang berarti mempelajari, meneliti, menelaah, mengkaji dan mengambil pelajaran. Maka untuk melakukan serangkain tersebut otomatis dibutuhkan proses membaca. Membaca di sini hanya satu pintu awal (pendahuluan) untuk melakukan tadarus yang sebenarnya. Untuk membaca diperlukan Ilmu Tajwid, bacaan panjang pendek dan pelafalan yang benar (makharijul huruf) agar terhindar dari kesalahan-kesalahan pelafalan.

Namun pelaksanaan kegiatan tadarus yang kita saksikan saat ini di tempat kita, sepertinya nyaris semua tanpa pengkajian makna tiap ayat-ayat yang dilantunkan, yang ada hanya sekadar membaca. Kondisi ini sungguh miris, masyarakat kita masih banyak yang bergelut pada bacaan, jumlah khatamnya, jumlah ayat.
Bahkan, kita tak luput mendengar dari rekan-rekan kita sendiri bertanya: “Kamu sudah berapa juz?; “Kamu sudah berapa kali khatam?”. Bukti ini memberikan sebuah kongklusi bahwa masyarakat lebih disibukkan pada pengejaran target banyaknya ayat dan khatam yang dilakukan di bulan Ramadhan. 

Disadari atau tidak, model tadarus seperti ini pada hakikatnya telah memposisikan Alquran hanya sebatas bacaan (tilawah), ajang pengejaran kalkulasi banyak bacaan dan target khatamnya. Padahal semestinya Alquran sungguh sangat jauh lebih bernilai dari praktik yang sedemikian rupa. 
Tentu sangat disayangkan tadarus yang dilaksanakan saat ini pada kenyataannya belum memberikan perubahan positif bagi masyarakat, sehingga ketika berada di bulan-bulan yang lain, nilai-nilai yang terkadung dalam Alquran belum mampu diaplikasikan dalam kehidupan.

Sekali lagi perlu digarisbahawi bahwa Alquran adalah pembawa perubahan positif kepada manusia, baik dari segi pengetahuan maupun dalam penigkatan kualitas hidup dan ubudiah kepada Pencipta. Sungguh memilukan sumber pengetahuan dari Alquran, misalnya dalam bidang sain dan teknologi justru banyak ditemukan dan diungkapkan serta dikembangkan oleh orang-orang Barat.

Sungguh kedahsyatan dan keagungan Alquran serta bulan suci Ramadhan telah membuat kita terlena, terlelap seakan Alquran hanya cukup mengejar pahala melalui banyak bacaan semata tanpa harus mengkaji isinya. Padalah mengkaji, menelaah dan mengaplikasikan dalam kehidupan justru lebih ditinggikan reward oleh Allah Swt, selain itu pengetahuan yang didapatkan dari Alquran pula akan mengantarkan manusia untuk lebih berkualitas dalam hidupnya dunia dan akhirat.

Tadarus pada esensinya adalah mempelajari isi dan kandungan Alquran. Praktik demikian telah dilakukan pada masa Rasulullah dengan cara membaca beberapa ayat, kemudian sama-sama mempelajari, mendalami, saling bertanya dan berdiskusi sampai para sahabat semua mengerti kandungannya, baru diteruskan dengan bacaan beberapa ayat yang lain.
Model tadarus seperti ini dibuktikan dan dikuatkan dari hadis yang diriwatkan oleh Ibnu Mas’ud ra berkata: “Adalah seorang dari kami jika telah mempelajari 10 ayat, maka ia tidak menambahnya sampai ia mengetahui maknanya dan mengamalkannya.” (Tafsir At-Thabari (I/80).  Dipahami bahwa para sabahat tidak melanjutkan bacaan sampai mereka mengerti terlebih dahulu.

 Berbanding terbalik

Bertolak dari hadis tersebut, dapat dilihat bahwa konsep tadarus sekarang ini berbanding terbalik dengan model tadarus yang sebenarnya yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah. Oleh Karena itu sudah semestinya kosep tadarus demikian perlu dicontohkan dan diikuti pada saat ini.
Pelaksanaan tadarus perlu dibekali oleh seorang yang mengerti tentang Alquran kemudian mengajarkan kepada yang lain. Seyogianya pula tadarus ini harus dimanage dengan baik, dijadwalkan sebagaimana jadwal imam dan khutbah di bulan Ramadhan.

Menjadi pertanyaan; Mengapa imam dan khatib khutbah tarawih dijadwalkan dengan baik sementara tadarus tidak? Padahal, pada kenyataan kedua ubudiah sunnah itu bersumber dari Alquran, mengapa pula yang lebih pokok tidak diperhatikan.
Maka dari itu dengan semangat kemuliaan Ramadhan ini perlu dimurnikan kembali konsep tadarus sebagaimana yang dituntun secara berkelanjutan, bukan hanya di bulan Ramadhan. Dengan cara ini akan mengantarkan manusia ke arah perubahan yang berarti dan nilai-nilai Alquran yang bersumber dari Allah Swt dapat diaplikasikan dalam kehidupan.

0 komentar :

Terimakasih sudah mau berkunjung ke mari...dan jangan lupa bisa juga anda mengunjungi website dibawah ini !!!

http://syifa.vv.si/
http://sman1seulimeum.grn.cc
http://masyittah.0zed.com/
http://www.sman1seulimeum.fii.me/
http://syifa.0zed.com/
http://masyittah.bugs3.com/
http://masyittah.p.ht/
http://masyittah.3owl.com/
http://labuhanhaji.yzi.me/
http://sman1seulimeum.0fees.net/
http://sigli.3owl.com/
http://kpbaru.3owl.com/
http://lembahbaru.3owl.com/
http://www.downloadgamegratis.vv.si/
http://samratulasysyifa.blogspot.com/
http://arphanet.wordpress.com/
http://sman1seulimeumblog.wordpress.com/
http://www.syifa.asli.ws/

Terimakasih