Shalat dan Kemunafikan Shalat dan Kemunafikan

“Jagalah shalat-shalat dan shalat wustha. Dan berdirilah (kalian semua) karena Allah (ketika melaksanakan shalat) dengan khusyuk” (QS. Al Baqarah: 238).

Bagi sebahagian orang, melaksanakan shalat di kala sendiri berbeda dengan melakukan shalat di hadapan orang banyak. Ketika di hadapan orang banyak, shalat mau dilakukan sebaik mungkin. Bacaannya perlahan dan tepat. Rukuk dan sujudnya diupayakan sesempurna mungkin. Bukan hanya shalat wajib, shalat-shalat sunat pun mau dilakukan. Namun ketika sendiri, rasanya berdiri pun begitu malas, meskipun saat sedang melaksanakan shalat wajib. Hati-hatilah, karena itu bisa menjadi pertanda adanya kemunafikan sedang bersarang di dalam hati.

Dalam Alquran digambarkan dengan jelas ciri-ciri shalatnya orang-orang munafik. Firman Allah, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk ke dalam golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir)” (QS. an Nisa’: 142-143).

Bagi orang yang merasa berbuat demikian, ibadah bisa jadi hanya sebagai topeng. Yaitu, topeng untuk menampakkan ketaatan agar orang-orang menyangkanya taat. Karena itu, wajar yang demikian disebut perbuatan merugi. Dan Allah telah memperingatkan tidak akan memberikan pahala terhadap ibadah, termasuk shalat, yang dilakukan hamba-hambaNya, tapi dilakukan bukan demi mencari keridhaanNya. Oleh sebab itu, penting memurnikan ketaatan kepada Allah, agar hidup ini tidak sia-sia.