Berebut Harta

“Musuhmu yang terbesar adalah nafsumu yang berada di antara kedua lambungmu” (HR al-Baihaqi).

Sejatinya setiap diri kita yang hidup sekarang menyempatkan diri memungut pelajaran-pelajaran dari apa yang terjadi di masa lalu. Bukan hanya yang kita alami sendiri, tetapi juga yang terjadi pada orang-orang terdahulu. Di antaranya, tentang perebutan harta di saat merasa mampu atau berkuasa melakukannya, yang akhirnya menyebabkan celaka.

Seperti yang pernah dialami umat Islam dalam perang Uhud semasa Nabi SAW. Pada waktu itu, umat Islam sudah meraih kemenangan dari strategi perang yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Namun tiba-tiba kaum muslimin mengalami kekalahan besar, dan bahkan amat menyakitkan. Permasalahannya adalah para pejuang terlalu bernafsu memperebutkan harta benda yang ditinggalkan musuh. Tanpa sepenuhnya disadari, ternyata harta-harta itu dijadikan sebagai jebakan. Di saat kaum muslimin lengah dalam mengumpulkan harta, saat itulah musuh menyerang kembali. Akibatnya, umat Islam kalah.

Namun sayangnya, sekarang ini banyak di antara kita yang tidak belajar dari kejadian itu. Ketika merasa mampu atau berkuasa, kita menjadikannya sebagai momentum untuk memperebutkan harta. Kita bertekuk lutut kalah di hadapan hawa nafsu. Kekalahan ini menimbulkan berbagai kehancuran di berbagai bidang. Keadilan tak mampu ditegakkan. Amanah tak mampu dilaksanakan sebagaimana patutnya. Kesewenang-wenangan merajalela. Sungguh mengerikan gambaran diri kita, seandainya kita berkenan menggambarkan keadaan kita yang sesungguhnya.