ADA banyak orang yang berkeluh kesah tentang persoalan hidup yang
dihadapinya. Alih-alih mampu keluar dari masalah, banyak diantaranya
justru terperosok lebih jauh dan menemui banyak benturan ketika ia tak
mampu menjadikan masalah itu sebagai “modal” untuk menyelesaikannya.
Tentu Kita bertanya bagaimana bisa masalah dikatakan sebagai modal? Kita pasti ragu meyakini bahwa setiap persoalan, permasalahan, dan keluh kesah hidup merupakan modal Kita untuk keluar dari permasalahan itu sendiri. Kita dapat mengubah cara pandang keliru tentang masalah dengan menjual masalah itu sendiri.
Ada pepatah lama tentang nasib buah Simalakama, “Dimakan mati ayah tak dimakan mati ibu”. Pepatah ini tentu menjebak Kita untuk tidak mengambil sikap. Padahal sederhana sekali jawabannya, Jual saja buah simalakama itu! Selesai bukan?
Bisnis itu solusi dari setiap permasalahan yang muncul, adanya pabrik sepeda motor justru karena banyak orang menjual masalah yang melahirkan ide diciptakannya sepeda motor. Bayangkan jika permasalahan soal beraktivitas tidak mengemuka, misalnya orang adem ayem saja dengan berjalan kaki. Tentu pabrik sepeda motor tidak akan pernah lahir.
Bagaimana juga jika Kita punya masalah tidak atau kekurangan modal dalam berbisnis. Apa yang mau Kita jual? Nah tentu Kita jual masalah “kebutuhan modal” tersebut kepada calon investor atau bank penyedia modal usaha. Perlu pula diingat, bahwa investor atau bank hanya akan membeli “masalah kita” jika risikonya terukur dan kalkulasi keuntungannya jelas. Artinya, bisa diterima oleh standar logika investor dan bank.
Bukankah sebenarnya perusahaan asuransi itu juga adalah para pembeli risiko orang-orang di sekitar Kita? Perusahaan asuransi itu hakikatnya membeli masalah orang-orang.
Mereka yang membeli asuransi hakikatnya yang menjual permasalahan hidup mereka dengan hitung-hitungan masalah akan tertangani dan keluar dari lilitan risiko di kemudian hari.
Jika risiko dan masalah saja bisa kita jual, tentu semua ide, gagasan, dan keterampilan yang Kita miliki juga bisa kita jual sebagai modal untuk berbisnis sebab bisnis lahir justru dari orang-orang yang menjual masalah.
Anda punya masalah kesulitan hidup? Kenapa tidak menjual semua masalah itu dengan menuliskannya menjadi sebuah buku “catatan kesusahan”, misalnya. Sederhana bukan?
Karena manusia itu ladangnya masalah dan selalu berkeluh kesah atas persoalan hidup, maka hiduplah untuk keluar dari masalah dengan menjual masalah itu sendiri, yakni mengalihkannya menjadi energi untuk merebut setiap kebaikan menuju sukses.
Sebab untuk hidup tanpa masalah, itu sesuatu yang tidak mungkin, karena ciri dasar manusia itu biasa berkeluh kesah atas kesusahan yang menimpanya. “Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah” (Q.S Al Ma’arij:20).
Tentu Kita bertanya bagaimana bisa masalah dikatakan sebagai modal? Kita pasti ragu meyakini bahwa setiap persoalan, permasalahan, dan keluh kesah hidup merupakan modal Kita untuk keluar dari permasalahan itu sendiri. Kita dapat mengubah cara pandang keliru tentang masalah dengan menjual masalah itu sendiri.
Ada pepatah lama tentang nasib buah Simalakama, “Dimakan mati ayah tak dimakan mati ibu”. Pepatah ini tentu menjebak Kita untuk tidak mengambil sikap. Padahal sederhana sekali jawabannya, Jual saja buah simalakama itu! Selesai bukan?
Bisnis itu solusi dari setiap permasalahan yang muncul, adanya pabrik sepeda motor justru karena banyak orang menjual masalah yang melahirkan ide diciptakannya sepeda motor. Bayangkan jika permasalahan soal beraktivitas tidak mengemuka, misalnya orang adem ayem saja dengan berjalan kaki. Tentu pabrik sepeda motor tidak akan pernah lahir.
Bagaimana juga jika Kita punya masalah tidak atau kekurangan modal dalam berbisnis. Apa yang mau Kita jual? Nah tentu Kita jual masalah “kebutuhan modal” tersebut kepada calon investor atau bank penyedia modal usaha. Perlu pula diingat, bahwa investor atau bank hanya akan membeli “masalah kita” jika risikonya terukur dan kalkulasi keuntungannya jelas. Artinya, bisa diterima oleh standar logika investor dan bank.
Bukankah sebenarnya perusahaan asuransi itu juga adalah para pembeli risiko orang-orang di sekitar Kita? Perusahaan asuransi itu hakikatnya membeli masalah orang-orang.
Mereka yang membeli asuransi hakikatnya yang menjual permasalahan hidup mereka dengan hitung-hitungan masalah akan tertangani dan keluar dari lilitan risiko di kemudian hari.
Jika risiko dan masalah saja bisa kita jual, tentu semua ide, gagasan, dan keterampilan yang Kita miliki juga bisa kita jual sebagai modal untuk berbisnis sebab bisnis lahir justru dari orang-orang yang menjual masalah.
Anda punya masalah kesulitan hidup? Kenapa tidak menjual semua masalah itu dengan menuliskannya menjadi sebuah buku “catatan kesusahan”, misalnya. Sederhana bukan?
Karena manusia itu ladangnya masalah dan selalu berkeluh kesah atas persoalan hidup, maka hiduplah untuk keluar dari masalah dengan menjual masalah itu sendiri, yakni mengalihkannya menjadi energi untuk merebut setiap kebaikan menuju sukses.
Sebab untuk hidup tanpa masalah, itu sesuatu yang tidak mungkin, karena ciri dasar manusia itu biasa berkeluh kesah atas kesusahan yang menimpanya. “Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah” (Q.S Al Ma’arij:20).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah mau berkunjung ke mari...dan jangan lupa bisa juga anda mengunjungi website dibawah ini !!!
http://syifa.vv.si/
http://sman1seulimeum.grn.cc
http://masyittah.0zed.com/
http://www.sman1seulimeum.fii.me/
http://syifa.0zed.com/
http://masyittah.bugs3.com/
http://masyittah.p.ht/
http://masyittah.3owl.com/
http://labuhanhaji.yzi.me/
http://sman1seulimeum.0fees.net/
http://sigli.3owl.com/
http://kpbaru.3owl.com/
http://lembahbaru.3owl.com/
http://www.downloadgamegratis.vv.si/
http://samratulasysyifa.blogspot.com/
http://arphanet.wordpress.com/
http://sman1seulimeumblog.wordpress.com/
http://www.syifa.asli.ws/
Terimakasih